Selasa, 13 Desember 2016

Objek Wisata

Objek Wisata

1. Ciputra Waterpark


Ciputra Waterpark merupakan sebuah wahana wisata air yang terbesar di Surabaya dengan luas sekitar 5 hektar. Berlokasi di Surabaya Barat, Ciputra Waterpark mempunyai tema menyerupai dongeng Petualangan Sinbad sehingga anak-anak pasti menyukainya. Kedalaman air di Ciputra Waterpark tidak dalam karena Ciputra Waterpark dibuat untuk bermain air, bukan berenang, kolam yang paling dalam hanya sekitar 1 meter saja sehingga bila anda tidak bisa berenang tidak perlu kuatir tenggelam. Harga tiket masuk Ciputra Waterpark adalah 70,000 Rupiah untuk hari biasa, dan 90,000 Rupiah pada akhir pekan. Untuk orang tua berusia di atas 60 tahun, harga tiketnya gratis, cukup menunjukkan KTP saja.

2. Pantai Kenjeran


Pantai Kenjeran adalah tempat wisata di Surabaya yang terkenal bagi keluarga yang ingin menikmati suasana pantai. Selain menikmati suasana Pantai Kenjeran, pengunjung juga dapat memancing, membeli ikan, dan menaiki perahu. Saran saya, bawalah tikar untuk duduk-duduk santai di bawah pohon dan menikmati suasana Pantai Kenjeran. Terdapat juga sarana permainan anak di Pantai Kenjeran sehingga Pantai Kenjeran sangat cocok untuk kegiatan wisata keluarga.

3. Tugu Pahlawan


Tugu Pahlawan merupakan sebuah monumen yang paling terkenal di kota Surabaya. Monumen yang terletak di Jalan Pahlawan ini mempunyai tinggi lebih dari 40 meter dan berbentuk sepeti paku terbalik. Tugu Pahlawan dibuat di atas lahan seluas lebih dari 1 hektar untuk memperingati dan menghormati seluruh prajurit Surabaya yang gugur dalam perang melawan para penjajah. Selain itu, di bawah tanah Tugu Pahlawan juga terdapat museum berisi foto-foto dokumentasi.

Kuliner Khas

Kuliner Khas

 Semanggi Surabaya




Semanggi Surabaya adalah salah satu makanan khas Surabaya yang unik karena jarang sekali ditemukan di daerah lain. Kenapa unik? Ini karena menunya mirip dengan pecel hanya saja didominasi oleh daun semanggi yang dikukus lalu dicampur dengan kangkung, kerupuk uli, dan kecambah. Mencari menu ini juga tidak sulit karena banyak dijual keliling yang disajikan dengan daun pisang (dipincuk) lalu disiram dengan bumbu kacang. Untuk menyantapnya saja unik lho travelers. Kamu tidak perlu sendok tapi menggunakan kerupuk. Harganya juga murah, satu porsi dibandrol Rp 5.000.


Tahu Tek Tek




Kalau di Jakarta, menu ini mirip dengan ketoprak. Menu ini juga jadi sajian kuliner yang wajib kamu coba kalau lagi liburan ke Surabaya. Isiannya berupa lontong, telur, tahu goreng, kecambah, dan bumbu petis. Yang menarik dari makanan ini adalah bumbu petisnya sangat gurih. Ada juga rasa manis dan pedas sehingga sangat pas dipadukan dengan lontong yang punya tekstur padat. Umumnya harga satu porsi tahu tek adalah Rp8.000 – Rp10.000.






Rujak cingur
Rujak Cingur


















Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama daerah asalnya Surabaya. Dalam bahasa Jawa kata "cingur" berarti "mulut", hal ini merujuk pada bahan irisan mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan ke dalam hidangan.

Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah-buahan seperti ketimun, krai (sejenis ketimun khas Jawa Timur),bengkoang, mangga muda, nanas, kedondong dan ditambah lontong, tahu, tempe, bendoyo dan cingur serta sayuran-sayuran seperti kecambah/tauge, kangkung dan kacang panjang.

Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang, air matang untuk sedikit mengencerkan, gula/gula merah, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng, garam dan irisan tipis-tipis pisang biji hijau yang masih muda (pisang klutuk). Semua saus/bumbu dicampur dengan cara diuleg, itu sebabnya rujak cingur juga sering disebut rujak uleg.

Dalam penyajiannya rujak cingur dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyajian 'biasa' dan 'matengan' (menyebut huruf e dalam kata matengan seperti menyebut huruf e dalam kata: seperti/menyebut/bendoyo). Penyajian 'biasa' atau umumnya, berupa semua bahan-bahan yang telah disebutkan diatas, sedangkan 'matengan' (matang, jawa) hanya terdiri dari bahan-bahan matang saja; lontong, tahu goreng, tempe goreng, bendoyo (krai yang digodok) dan sayur (kangkung, kacang panjang, tauge) yang telah digodok. Tanpa ada bahan 'mentah'nya yaitu buah-buahan, karena pada dasarnya ada orang yang tidak menyukai buah-buahan. Keduanya memakai saus/bumbu yang sama.

Makanan ini disebut rujak cingur karena bumbu olahan yang digunakan adalah petis udang dan irisan cingur. Hal ini yang membedakan dengan makanan rujak pada umumnya yang biasanya tanpa menggunakan bahan cingur tersebut. Rujak cingur biasa disajikan dengan tambahan kerupuk, dan dengan alas pincuk (daun pisang) atau piring.
Dinamakan Rawon Setan Karena Dulunya Buka Pada Malam Hari

Rawon setan

















Berkunjung ke Surabaya rasanya kurang lengkap jika tidak mencicipi Rawon Setan yang namanya kian melegenda itu. Rawon adalah makanan khas Jawa Timur semacam soto tapi berkuah hitam pekat. Warna hitamnya berasal dari bumbu yang bernama kluwak. Rawon biasanya menggunakan bahan daging sapi yang telah dipotong-potong dadu, meski ada juga yang menambahkan campuran jeroan atau kikil sapi. Kadang kita juga bisa mendapati daun so atau daun melinjo dalam masakan rawon. Rawon Setan terletak di depan Hotel JW Marriot Surabaya, tepatnya di Jl Embong Malang 78, Surabaya.
Dari nama menu makanannya pun sudah membuat bulu kuduk setiap orang merinding ketika mendengarnya. Apalagi ketika memakannya, namun kalian jangan takut untuk datang sendiri. Bukan karena banyak setannya, makanya kuliner ini diberi nama Rawon Setan. Asal mula kata “Setan” itu sendiri karena dulu warung rawon ini baru buka malam pukul 22.00 hingga dini hari. Jam operasionalnya dianggap sama dengan setan yang munculnya di malam hari. Namun sekarang Rawon Setan Mbak Endang ini sudah mulai buka sejak pagi dari pukul 07.30 – 22.00 WIB untuk hari Minggu hinga Selasa, dan 07.30 – 03.30 untuk hari Rabu hingga Sabtu.
Nah, itulah sebabnya mengapa kuliner ini diberi nama setan. Rawon Setan memang sudah banyak di Jakarta atau pun di Bandung. Namun, Rawon Setan di Surabaya memiliki khas tersendiri. Rawon Setan di Surabaya ini adalah Rawon Setan asli dan yang pertama ada di Indonesia. Lokasinya cukup mudah ditemukan, karena selain berada di pinggir jalan, banyak mobil yang parkir di tempat makan tersebut. Sehingga Rawon Setan tidak akan pernah sepi dari pengunjung.
Rawon ini adalah buatan dari Mbak Endang. Rasanya sangat maknyus dan membuat perut Anda kenyang, bahkan hingga ketagihan. Rawon disajikan dengan campuran tauge mentah yang akan memunculkan sensasi rasa dan aroma yang menyenangkan ketika dimakan berbarengan dengan kuah rawon yang pekat. Tak lupa taburan bawang merah goreng yang makin mempercantik rasa dan penampilan. Selain rasa kuahnya yang mantap, Rawon Setan terkenal karena potongan daging sapinya berukuran besar dan teksturnya empuk ketika digigit. Rasa kuah yang mantap dan sambal yang pedas akan Anda nikmati hingga suapan terakhir.

Beberapa pilihan lauk disediakan untuk pelengkap, seperti tempe goreng, telur asin, telur pindang, empal daging, dan perkedel kentang. Namun di antara semua itu, Rawon Setan paling pas jika disantap bersama telur asin dan kerupuk udang. Jika suka dengan masakan pedas, anda bisa menambahkan sambal ke dalam rawon. Disini ada bisa memesan rawon dengan nasi terpisah maupun campur. Harga untuk seporsi Rawon Setan dimulai dari kisaran RP 20.000. Harga yang cukup terjangkau untuk menikmati kuliner khas Kota Pahlawan. Nah bagi Anda yang hobi wisata kuliner Rawon Setan ini menjadi agenda wajib Anda jika berkunjung di kota Surabaya, karena kalau belum mencoba rawon ini berarti belum ke Surabaya.






















Jajanan

Jajanan khas

1. Kue Bikang Peneleh


Kalau tanya sama orang Surabaya, mereka pasti merekomendasikan oleh-oleh ini sebagai buah tangan saat liburan ke Surabaya. Bukan apa-apa sih, selain rasanya membuat lidah bergoyang dengan girang, aroma dan bentuknya yang berwarna-warni pun sangat menarik. Bahkan, kamu bisa melihat pembuatannya secara langsung dengan meluncur ke Jalan Peneleh 32 – 34 Surabaya untuk memborongnya.

2. Kerupuk Kenjeran


Buat penikmat kerupuk yang rasanya kriuk-kriuk renyah, kamu wajib datang ke lokasi wisata Pantai Kenjeran. Disini ada banyak pedagang kerupuk terung dan teripang yang dijual dalam bentuk kemasan. Selain praktis, rasanya pun tidak mengecewakan. Disini kalian juga bisa tahu cara mengolahnya. Mulai dari menjemur, menggoreng, serta pengemasan sebelum akhirnya dipajang.

3. Jenang & Sirup Mangrove





Jika Anda datang ke kawasan Rungkut Surabaya, Anda akan menemukan satu hasil inovasi kuliner dimana tanaman mangrove mampu diolah menjadi jenang lezat dan sirup yang segar. Jenang & Sirup Mangrove adalah hasil kreativitas petani di daerah Rungkut.
Tanaman mangrove yang hampir mustahil dijadikan makanan olahan mampu disulap menjadi jenang berwarna cokelat cerah dengan tekstur kenyal dan rasa legit. Uniknya lagi, jenang mangrove ini tidak dibungkus plastik atau kertas, melainkan menggunakan pelepah pisang kering. Terlihat jelas kuliner yang satu ini masih sangat alami dari segi bahan dan pengemasannya.Sementara sirup mangrove rasanya cenderung asam dan manis. Tentunya lebih segar jika disajikan dingin atau dicampur es batu. Sirup ini mengandung banyak nutrisi, seperti vitamin A, vitamin C, Yodium, dan antioksidan yang baik untuk sistem imunitas tubuh.

















Restoran

1. Nur Pacific Karaoke Restaurant





Nur Pacific adalah restoran dengan konsep modern yang lengkap dengan fasilitas karaoke keluarga.
Dengan pilihan paket hidangan spesial khas Nur Pacific, serta beragam pilihan ruangan dengan kapasitas mulai dari 6 orang hingga 1.000 orang, kami siap membantu anda untuk menjadikan acara spesial anda lebih berkesan dan tak terlupakan.
Nur Pacific, perpaduan sempurna antara restoran dan karaoke keluarga, merupakan pilihan yang tepat bagi Anda untuk melaksanakan berbagai macam acara, mulai acara Ulang Tahun (Birthday Party), Pertunangan, Pernikahan (Wedding Party), Serah Terima Jabatan, Wisuda, Perpisahan, Seminar, Rapat, Gathering, Temu Kangen maupun acara-acara yang lain.
Didukung fasilitas beserta Paket tambahan lengkap, seperti Sound System, Dekorasi, Futuristic Lighting (Par, Scanner, Moving Head, Laser), Bubble - Smoke - Snow Gun, Dry Ice, LCD Screen & Karaoke, MC, Band, Dj, Kue Tart, Photo Taking & Video Shooting, Confetti, dan lain - lain, kami siap memanjakan anda.
Nur Pacific Gubeng terletak di jantung kota Surabaya, bertempat di Jl. Raya Gubeng No. 37, yang merupakan salah satu akses jalan utama Surabaya dengan kapasitas parkir yang memadai.

Restoran Unik Berkonsep Transportasi di Surabaya



Memilih tempat makan, kini bukan lagi sekadar urusan lidah dan perut. Tempat makan yang didesain unik dan menarik terbukti mampu memberikan sensasi yang luar biasa bagi para penikmat kuliner. Sehingga, tak mengherankan resto atau kafe unik bernuansa transportasi di Surabaya ini menjadi favorit pelanggan.

            Memasuki ruang utama The Noodles Airlines Eatery serasa membuka kabin pesawat terbang. Sepintas, pengunjung tidak akan merasa berada di dalam sebuah restoran. Sebab, desain restoran yang terletak di Jl Manyar Kertoarjo V/12 itu benar-benar dibuat semirip mungkin dengan kabin pesawat terbang. Di dalam restoran itu, Ada 34 seat berwarna biru yang ditata sejajar berhada-hadapan. Tata cahaya, penataan meja, dan, aksesorisnya mengingatkan kita dengan salah satu maskapai penerbangan. Desain interiornya pun dibuat persis ruangan  pesawat terbang. Ornamen gugusan jendela kecil dengan gambar awan membuat pengunjung serasa terbang di udara.

            Supaya lebih terasa suasana di dalam pesawat terbang, pengunjung juga dilayani oleh waitress yang berpakaian bak pramugari dan kapten pesawat terbang. Dengan ramah, para pelayan itu menghantarkan hidangan yang dipesan oleh pelanggan menggunakan troli. Bahkan, di tengah-tengah aktivitas makan para pengunjung juga mendengar instruksi atau panduan layaknya ketika akan naik pesawat terbang. Pengunjung diinstruksikan untuk mengencangkan sabuk pengaman, hingga menutup jendela pesawat. “Kami memang benar-benar ingin menampilkan suatu restoran yang benar-benar mirip dengan suasana kabin di pesawat terbang,” ujar Valeriana Rosmaya (23), owner The Noodles Airline Eatery.
            Valeriana tidak sendirian menjalankan bisnis ini. Bersama dua sahabanya yakni Regina Verayanti (22) dan Chrysilla Natahania (22), mereka membuka restoran ini sejak tanggal 17 Mei 2013. Ide utamanya tercetus ketika mereka bertiga menonton film Habibie dan Ainun. Kala itu, mereka berpikir untuk membuat restoran dengan konsep pesawat terbang. Sebab, mereka ingin meneruskan kiprah mantan Presiden Republik Indonesia (RI) itu dengan cara yang berbeda. “Kami memang tidak bisa membuat pesawat terbang. Tapi setidaknya, kami bisa membuat kafe dengan konsep pesawat terbang seperti ini,” imbuh Vera.
            Bisa dibilang, restoran yang buka setiap pukul 11.00 – 22.00 ini sangat ramai dikunjungi. Mayoritas, pengunjungnya adalah keluarga dan anak-anak. Apalagi bagi pelanggan anak-anak berhak mendapat suvenir miniaur pesawat. Tak mengherankan, setiap harinya, mereka mampu menghabiskan 100 hingga 250 porsi menu makanan.  Bahkan, dalam waktu dekat mereka berencana akan membuka cabang di kawasan Surabaya Barat. “Sejak awal kami gencar di promosinya. Karena itu, pelanggannya juga cukup banyak,” jelas Valeriana tersenyum
            Di tempat lain, masyarakat Surabaya tentu sudah familier dengan restoran Dream Cars. Restoran dengan ornamen 10 mobil klasik ini termasuk salah satu tempat makan yang cukup banyak penggemar setia. Bahkan, kalangan artis pun pernah mampir di restoran tersebut. Sebut saja seperti Bondan Winarno, Ayushita, Nunung, Andre Taulany, Sule, Kevin Julio, Marcell Chnadrawinata, dan sederet artis ibukota lainnya. Hebatnya lagi, Dream Cars merupakan satu-satunya restoran dengan desain full mobil klasik dan mendapat penghargaan World Record dan MURI sebagai restoran unik bernuansa mobil klasik. 



hotel

Shangri-la Hotel Surabaya





Terletak di Surabaya barat, 5-bintang Shangri-la Hotel Surabaya menyediakan liburan resor dengan kolam renang luar ruangan, perawatan spa dan pemandangan tropis. WiFi gratis dan internet kabel gratis disediakan di seluruh properti. Parkir gratis dan properti juga menawarkan layanan antar-jemput gratis ke Ciputra Shopping Mall Dunia dan Surabaya Town Square.
Kontemporer dan mewah, kamar ber-AC dilengkapi dengan TV layar datar, pemutar DVD, dan brankas pribadi. Kamar mandi en suite memiliki bathtub, serta jubah mandi dan sandal.
Shangri-la Hotel Surabaya adalah 20 menit berkendara dari Bandara Internasional Juanda. transfer bandara dan penyewaan mobil tersedia dengan biaya tambahan.
Para tamu dapat menikmati permainan tenis di 3 di lokasi pengadilan, atau bersantai di tepi kolam renang di bawah pohon-pohon palem sekitarnya. Ada spa dengan sauna dan ahli pijat. wisata golf di salah satu lapangan kejuaraan terdekat dapat diatur dengan staf hotel.
Shangri-la Hotel memiliki baik Jepang dan restoran Meksiko di situs. Koktail disajikan di lounge.
Shangri-la Hotel Surabaya telah menyambut Booking.com tamu sejak Mar 31, 2010
Kamar Hotel: 383, Jaringan Hotel: Hotel Shangri-La & Resorts


Hotel Majapahit Surabaya




The Hotel Majapahit adalah sebuah hotel mewah bersejarah di Surabaya, Indonesia. Terletak di 65 Jalan Tunjungan, Surabaya. Hotel ini didirikan pada tahun 1910 sebagai Hotel Oranje oleh Lucas Martin Sarkies yang ditugaskan Bupati Alfred John Bidwell untuk merancang hotel. Hotel ini dibuka pada tanggal 1 Juli tahun 1911.
Sebuah perpanjangan gaya art deco lobi baru dibuka pada tahun 1936. Pembukaan dirayakan dengan pesta kerajaan dihadiri oleh Putra Mahkota Leopold III dari Belgia, Princess Astrid dari Swedia dan Charlie Chaplin.
Selama pendudukan Jepang di Indonesia yang nama hotel diubah menjadi Yamato Hotel dan awalnya digunakan sebagai kamp penjara sementara untuk wanita dan anak-anak Belanda. hotel adalah situs yang terkenal "Insiden Hotel Yamato" (dalam bahasa Inggris "insiden Hotel Yamato") pada tanggal 19 September 1945 di mana revolusioner muda Indonesia merobek bagian biru dari bendera Belanda dikibarkan di hotel untuk mengubahnya ke merah dan bendera Indonesia putih dalam memimpin hingga Pertempuran Surabaya. Menyusul insiden ini dikenal sebagai Hotel Merdeka, atau Liberty Hotel.
Pada tahun 1946 Sarkies bersaudara kembali untuk mengelola hotel dan berubah nama ke Lucas Martin Sarkies Hotel. Kemudian, pada tahun 1969 Mantrust Holdings Co menjadi pemilik baru dan nama hotel setelah kerajaan bersejarah Majapahit. Hal ini pernah dioperasikan oleh Mandarin Oriental hotel group. Hari itu disebut Hotel Majapahit dan masih beroperasi sebagai hotel, meskipun sebagian besar interior bangunan telah direnovasi.
Pada tahun 2014, Hotel Majapahit secara resmi diakui sebagai warisan budaya oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Harris Hotel Surabaya






HARRIS Hotel & Conventions Gubeng yang strategis terletak di pusat kawasan bisnis Surabaya, dalam 45 menit berkendara dari Bandara Internasional Juanda dan 5 menit berkendara dari Stasiun Kereta Gubeng dan dengan akses mudah ke Rumah Sakit Siloam, Grand City Mall & Convention hall, Surabaya Plaza dan Tunjungan Plaza.

Hotel ini menawarkan 152 kamar bergaya modern, kolam renang yang menyegarkan, Klub menyenangkan Dino Kid dan memanjakan H'Spa. Dengan luas 650 meter persegi ballroom hingga 1000 orang dan 7 ruang pertemuan kecil dan free wi-fi di seluruh hotel yang HARRIS Hotel & Conventions Gubeng juga merupakan tempat yang ideal untuk bisnis dan pertemuan.

Sejarah

Sejarah Kota Surabaya




Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia sekaligus menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Jawa Timur serta wilayah Indonesia bagian timur. Kota ini terletak 796 km sebelah timur Jakarta, atau 415 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di tepi pantai utara Pulau Jawa dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.
Surabaya memiliki luas sekitar 350,54 km² dengan penduduknya berjumlah 2.765.487 jiwa (2010). Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung.
Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-Pemuda Surabaya) untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

Etimologi

Kata Surabaya (bahasa Jawa Kuna: Śūrabhaya) sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura / suro (ikan hiu) dan baya / boyo (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut.

Asal-usul Surabaya

Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).
Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan di tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.
Versi lain mengatakan bahwa Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.
Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.

Era pra kolonial

Wilayah Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap serangan pasukan Mongol. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.
Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota Walisongo, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Demak.
Menyusul runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram, diserbu Panembahan Senopati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, dan diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Suatu tulisan VOC tahun 1620 menggambarkan Surabaya sebagai wilayah yang kaya dan berkuasa. Panjang lingkarannya sekitar 5 mijlen Belanda (sekitar 37 km), dikelilingi kanal dan diperkuat meriam. Tahun tersebut, untuk melawan Mataram, tentaranya sebesar 30.000 prajurit.
Tahun 1675, Trunojoyo dari Madura merebut Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677.
Dalam perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC. Gedung pusat pemerintahan Karesidenan Surabaya berada di mulut sebelah barat Jembatan Merah. Jembatan inilah yang membatasi permukiman orang Eropa (Europeesche Wijk) waktu itu, yang ada di sebelah barat jembatan dengan tempat permukiman orang Tionghoa; Melayu; Arab; dan sebagainya (Vremde Oosterlingen), yang ada di sebelah timur jembatan tersebut. Hingga tahun 1900-an, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja.

Era kolonial

Peta Surabaya dari buku panduan perjalanan dari Inggris tahun 1897. Kawasan Jembatan Merah sekitar tahun 1920-an.
Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibu kota Karesidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo; Mojokerto; dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia.
Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Pada tahun 1910, fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai tahun 1920-an, tumbuh pemukiman baru seperti daerah Darmo; Gubeng; Sawahan; dan Ketabang.
Tanggal 3 Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara tentara Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944.

Era kemerdekaan

Pertempuran mempertahankan Surabaya
Setelah Perang Dunia II usai, pada 25 Oktober 1945, 6.000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20.000 pasukan Indonesia menolak.

Tentara Britania menembaki 'sniper' dalam pertempuran di Surabaya
26 Oktober 1945, tercapai persetujuan antara R.M. Soerjo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Philip Christison.
27 Oktober 1945, jam 11.00 siang, pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia menjadi marah ketika membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian pada tanggal 26 Oktober 1945.
28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
29 Oktober 1945, Presiden Soekarno; Wakil Presiden Mohammad Hatta; dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.
Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan para pimpinan RI tersebut meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia.
Letjen Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby tersebut dan mengerahkan 24.000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.
9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940-an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran pada tanggal 10 November 1945 tersebut hingga saat ini dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Era pasca kemerdekaan

Kota yang jalan utamanya dulu hampir berbentuk seperti pita dari jembatan Wonokromo di sebelah Selatan menuju ke Jembatan Merah di sebelah Utara sepanjang kurang lebih 13 km tersebut, di akhir tahun 1980-an mulai berubah total. Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang pesat, memaksa Surabaya untuk berkembang ke arah Timur dan Barat seperti yang ada sekarang. Bertambahnya kendaraan bermotor, tumbuhnya industri baru serta menjamurnya perumahan yang dikerjakan oleh perusahaan real estate yang menempati pinggiran kota mengakibatkan tidak saja terjadi kemacetan di tengah kota tapi juga tidak jarang terjadi pula di pinggiran kota. Surabaya telah berkembang jauh dari kota yang relatif kecil dan kumuh di akhir abad ke-19, menjadi kota metropolitan di akhir abad ke-20 dan pada kurun abad ke-21 menjadi salah satu metropolitan dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Kota yang pada kurun abad ke-20 dan awal abad ke-21 dipandang panas dan kumuh ini juga berhasil berubah menjadi salah satu kota metropolitan yang paling tertata di Indonesia dengan kualitas udara terbersih.